Dilihat dari sudut penutur, bahasa itu berfungsi personal
atau peribadi (Lihat Halliday 1973, Finnocchiaro 1974; Jakobson 1960
menyebutnya fungsi emotif). Maksudnya, menyatakan sikap terhadap apa yang
dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengucapkan emosi lewat bahasa, tetapi
juga memperlihatkan emosi itu ketika menyampaikan tuturannya. Dalam situasi
ini, pihak si pendengar dapat menduga apakah si penutur sedih, marah, atau
gembira.
Dilihat dari segi pendengar atau pelawan cakap bicara,
maka bahasa berfungsi direkstif atau langsung, iaitu mengatur tingkah laku
pendengar (Finnocchiaro 1974). Di sini bahasa bahasa itu tidak hanya membuat si
pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang
diperlukan si pembicara.Hal ini dapat dilakukan si penutur dengan menggunakan
kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, imbauan, permintaan, atau rayuan.
Misalnya :
Harap
tenang. Ada ujian
Sebaiknya
anda menelefon dahulu.
Bila dilihat dari segi topic ujaran, maka bahasa itu
berfungsi sebagai referensial (Finnocchiaro 1974). Di sini, bahasa itu
berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di
sekeliling penutur atau ada dalam budaya. Funsi referensial ini yang melahirkan
fahaman tradisional bahawa bahasa itu adalah alat untuk menampaikan idea untuk
menyatakan bagaimana pendapat si penutur tentang dunia di sekelilingnya.Contoh,
‘Gedung perpustakaan itu baru dibangunkan’
adalah contoh penggunaan bahasa yang berfungsi referensial.
Kalau dilihat dari segi kode yang digunakan, maka bahasa
itu berfungsi metalingual atau metalinguistik (Jakobson 1960), iaitu bahasa itu
digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam
proses pembelajaran bahasa di mana kaedah-kaedah atau peraturan bahasa
dijelaskan dengan bahasa. Dalam kamus monolingual, bahasa itu digunakan untuk
menjelaskan erti bahasa itu sendiri.
Kalau dari segi amanat (mesej) yang akan disampaikan makas bahasa itu berfungsi imaginatif
(Halliday 1973). Sesungguhnya bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan
fikiran, gagasan, dan perasaan atau secara imaginasi (khayalan, rekaan) saja.
Fungsi imaginatif ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng, dan
lelucon) yang digunakan untuk kesenangan penutur atau para pendengarnya.
Sebagai perkenalan kepada sosiolinguistik kiranya fungsi-fungsi
bahasa yang dibicarakan di atas sudah mencukupi untuk pemahaman lebih lanjut.